Unspoken.
CONVERSATION
Hanya Seorang Pembual.
Maaf, karena pada akhirnya kata yang terucap hanya sekedar kata. Hanya menjadi pemanis untuk menenangkan hati. Yang pada akhirnya berujung pada bualan.
Maaf, karena tak bisa benar-benar menjadi bagian dari kalian. Maaf, karena aku pergi melangkah dengan egois. Tanpa pernah memikirkan bagaimana keadaan kalian.
Maaf, karena aku hanya seorang pembual.
Maaf, karena tak bisa benar-benar menjadi bagian dari kalian. Maaf, karena aku pergi melangkah dengan egois. Tanpa pernah memikirkan bagaimana keadaan kalian.
Maaf, karena aku hanya seorang pembual.
CONVERSATION
Kecewa.
Seperti tak diizinkan untuk segera sampai tujuan, jalanan pun sangatlah padat. Aku pun terus berdoa walau hanya sedikit kesempatan yang ada. 45 menit yang tak biasa untukku sampai tujuan. Jantungku rasanya ingin mencelos saat menginjakkan kaki di tempat itu.
Akhirnya, tiba juga aku disana. Disambut pula dengan rumor yang tak pasti. Ternyata memang "tak pasti". Nyatanya, aku kembali menghadapi kenyataan yang pahit. Rasanya, ingin segera hilang dari tempat itu. Ini bukan yang pertama kali aku merasa tidak puas dan kecewa. Tapi ini pertama kalinya aku melihat senyum kecewa.
Lebih baik menahan rasa kecewa pada diri sendiri daripada melihat orang lain yang menahan kecewa karenamu. Senyum bapa dan mama yang terlihat dipaksakan. Pandangan mereka yang kecewa. Semua jelas tersirat pada wajah mereka. Jujur, tak pernah aku membayangkan hari ini akan terjadi.
Kerasnya persaingan yang memaksaku untuk jatuh. Usaha dan doa yang kurang juga menjadi salah satu faktornya. Tapi aku tak ingin bertekuk lutut ataupun mengangkat bendera putih. Aku butuh terjatuh untuk tahu bagaimana rasanya diatas. Kini, roda kehidupan sedang berada di bawah.
Maaf untuk kesekian kalinya yang mungkin tak bisa membayar kekecewaan kalian. Tapi aku janji untuk tidak menghadirkan senyum kecewa di wajah kalian. Aku janji untuk memberikan kalian senyum bahagia untuk anakmu. Aku janji untuk memberikan pelukan hangat untuk kalian. Aku janji ma, pah.
"Jangan liat rankingnya. Teteh udah berusaha kok." - Mama
CONVERSATION
Tepat.
Belum menemukan yang tepat. Pernah mendengar kalimat ini? Tentu sering. Banyak orang yang mengatakan kalimat ini untuk menyatakan alasan mengapa mereka masih sendiri atau sebut saja belum pacaran. Aku pun begitu.
Tapi itu bukan alasan utamaku. Ah sudahlah jangan bahas tentang aku. Bahas saja apa yang dimakud dengan kata "tepat". Presepsi orang berbeda-beda kan?
Dulu, aku memiliki pandangan bahwa kata "tepat" itu mewakilkan "sempurna". Dengan artian aku belum menemukan yang sempurna. Sempurna dalam hati dan fisik. Ternyata aku salah besar. Ini bukan tentang kesempurnaan. Ini bukan tentang wajah yang menarik, karisma yang hebat, hati yang baik. Sepenuhnya bukan.
Pernah berfikir bahwa yang "tepat" itu adalah yang benar-benar ada? Yang bisa menberikan ruang nyaman untuk masing-masing pihak? Sekarang, aku berpandangan seperti itu. Tak peduli fisik seperti apa. Toh, jika tentang fisik untuk apa mencari ?
Terlalu banyak kasus meninggalkan-ditinggalkan. Kalau memang dia adalah yang tepat tentunya tak akan meninggalkan. Dia akan memperjuangkan kamu sepenuhnya. Dia tak ingin kehilangan. Karena dia yakin dengan hatinya. Dan itulah yang disebut tepat.
Kesempurnaan itu sulit dicari karena manusia tidak sepenuhnya sempurna bukan ? Tapi kenyamanan itu dapat dicari karena mudah dirasakan tapi sulit ditemukan.
"Tepat itu tentang nyaman."
CONVERSATION
It's December, anyway.
Sudah mencapai bab ke-12 pada buku yang ke 16 ini. Bagaimana? Adakah suatu perubahan? Pada akhirnya aku hanya dapat menjawab "Tidak". Untuk kesekian kalinya. Lagi dan lagi.
Ini bukan tentang bahagia atau sedih. Tapi tentang pencapaian. Buku ke-16 ini pun belum dapat memberikan sesuatu yang memuaskan. Entah itu keberhasilana atau yang lainnya. Setidaknya buku ke-16 ini mengenalkanku dengan sisi lain dari hidup yang tidak hanya tentang kesenangan tapi kerja keras.
Bab ke - 12 ini akan menjadi bab puncak dimana semua kerja keras akan dibayar. Let's see the result. Walau sebenarnya aku sendiri takut untuk mengetahui. Karna terkadang ekspektasi akan berbanding terbalik dengan realita.
Tinggal menghitung hari untuk menutup lembaran buku ke-16 ini. Dan untuk kesekian kalinya pula aku berharap agar semua akan berjalan lebih baik pada buku selanjutnya.
Ini bukan tentang bahagia atau sedih. Tapi tentang pencapaian. Buku ke-16 ini pun belum dapat memberikan sesuatu yang memuaskan. Entah itu keberhasilana atau yang lainnya. Setidaknya buku ke-16 ini mengenalkanku dengan sisi lain dari hidup yang tidak hanya tentang kesenangan tapi kerja keras.
Bab ke - 12 ini akan menjadi bab puncak dimana semua kerja keras akan dibayar. Let's see the result. Walau sebenarnya aku sendiri takut untuk mengetahui. Karna terkadang ekspektasi akan berbanding terbalik dengan realita.
Tinggal menghitung hari untuk menutup lembaran buku ke-16 ini. Dan untuk kesekian kalinya pula aku berharap agar semua akan berjalan lebih baik pada buku selanjutnya.
CONVERSATION
Nyaris.
Now Playing : Almost is never enough - Ariana Grande
Nyaris. Hampir. Kata ini terlalu miris. Bagaimana tidak? Bukankah "hampir" belum berarti kita sampai pada tujuan? Ya, "Hampir tidak pernah cukup". Apakah pernah merasa puas karena "hampir sampai"? Tidak. Setidaknya seringkali "hampir" itu diiringi rasa penyesalan.
Sesuatu yang terbatas kata nyaris hanya akan menyisakan perasaan janggal. Karna yang tersisa hanyalah peryataan "Kalo gue ga gini mungkin gue bisa untuk dapetinnya" . Memang benar, pernyataan yang mengatakan bahwa jika kita inginkan sesuatu berikan yang maksimal, jangan setengah - setengah.
Terjatuh pada kata "nyaris" hanya menyisakan sedikit kenangan ironi. Kita berdiri dalam lingkar "what if" yang tak akan ada habisnya.
Nyaris. Hampir. Kata ini terlalu miris. Bagaimana tidak? Bukankah "hampir" belum berarti kita sampai pada tujuan? Ya, "Hampir tidak pernah cukup". Apakah pernah merasa puas karena "hampir sampai"? Tidak. Setidaknya seringkali "hampir" itu diiringi rasa penyesalan.
Sesuatu yang terbatas kata nyaris hanya akan menyisakan perasaan janggal. Karna yang tersisa hanyalah peryataan "Kalo gue ga gini mungkin gue bisa untuk dapetinnya" . Memang benar, pernyataan yang mengatakan bahwa jika kita inginkan sesuatu berikan yang maksimal, jangan setengah - setengah.
Terjatuh pada kata "nyaris" hanya menyisakan sedikit kenangan ironi. Kita berdiri dalam lingkar "what if" yang tak akan ada habisnya.
CONVERSATION
A Beginning
Ini blog yang ke9372894723 kali ya. Hahaha. Lebay sih. Tapi kenapa bikin blog lagi? Mungkin karna blog yang terakhir terlalu banyak curhatan yang terlalu berlebihan. Jadi, sekarang gue mau mulai dari awal lagi dengan bentuk blog dari design sampai postnya dengan yang baru.
Pertama-tama, gue mau memperkenalkan diri sebagai pelajar SMA yang masih belum punya tujuan hidup tapi sudah stress karna banyaknya tugas dan masalah lainnya. Gue harap yang visit blog ini bisa seneng dan mungkin galau karna post yang telah gue tulis. It's a beginning. Apa yang gue tulis tergantung mood dan semoga banyak inspirasi yang datang untuk gue menulis hal yang baru dan bermanfaat. So, check this out :)
Pertama-tama, gue mau memperkenalkan diri sebagai pelajar SMA yang masih belum punya tujuan hidup tapi sudah stress karna banyaknya tugas dan masalah lainnya. Gue harap yang visit blog ini bisa seneng dan mungkin galau karna post yang telah gue tulis. It's a beginning. Apa yang gue tulis tergantung mood dan semoga banyak inspirasi yang datang untuk gue menulis hal yang baru dan bermanfaat. So, check this out :)
CONVERSATION
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment