Melepaskan Masa Lalu



"Tersenyumlah meskipun masa lalumu pahit."
Tulisan di truk yang melaju pada jalanan tol, Rabu kemarin.

Apa yang sulit dilepaskan dari kehidupan?
Mungkin salah satunya adalah kesalahan pada masa lalu. Kita, sebagai manusia, tentunya tak luput dari kesalahan, bukan? Terkadang mengorek masa lalu membuat kita teringat tentang kesalahan yang pernah dilakukan atau mungkin, sebuah kebodohan? Hingga akhirnya, diri ini semakin terkungkung dan terjerat masa lalu. Lupa bahwa sebenarnya, apa-apa yang telah lalu, baiknya dijadikan sebuah pelajaran hidup; bukan menjadi penyesalan tak berujung.

Lalu, mengapa begitu sulit untuk meninggalkan masa lalu?
Ah, sepertinya diri ini masih belum bisa memaafkan dan mengikhlaskan segala kesalahan yang diperbuat. Atau, belum mampu memaafkan orang-orang yang sempat menorehkan luka; hingga akhirnya menghasilkan kebencian tiada tara? Atau, bisa jadi musababnya karena menyayangkan segala pilihan hidup yang tak sempat diambil? Ternyata, terlalu banyak alasan yang bisa menjadi tameng perlindungan diri agar tetap terjebak pada kurungan masa lalu.

Sebenarnya.... yang paling mudah dalam melepaskan masa lalu adalah merefleksikan diri di masa kini dan masa lalu. Sudahkah kita menjadi lebih baik? Atau sudah seberapa gencar diri ini untuk berprogres menjadi lebih baik dari sebelumnya? Layaknya berkaca pada cermin, tanyakanlah pada diri sendiri, apakah masa lalu telah membuat kita menemukan versi diri yang lebih baik? Atau malah menyiksa diri sendiri?

Jika memang jawabannya, masa lalu telah membuat kita menyiksa diri sendiri. Maka, lapangkanlah dadamu, ikhlaskanlah apa yang telah terjadi karena dirimu pantas merasakan kebahagiaan. Masih banyak kebahagiaan yang bisa kita capai di masa kini, bukan? :)

Jika memang jawabannya, masa lalu telah mengantarkan diri ini menemukan versinya yang lebih baik. Maka, selamat untuk dirimu karena telah belajar dan memahami bagaimana caranya mengambil makna dan pelajaran hidup di masa lalu.

...

Kita hidup di masa kini. Bukan di masa lalu atau masa depan. Baiknya, merancang masa depan, belajar dari masa lalu, dan menghidupkan masa kini, bukan? Ah, terlalu teoritis, sepertinya. Dunia sekompleks itu. Tidak se-lempeng itu.

Tak apa. Setidaknya kita masih punya prinsip yang bisa ditanamkan sebagai rem jika sudah melenceng pada lintasannya.

Jadi, selamat memaafkan apa-apa yang menjeratmu di masa lampau. Tersenyumlah. Kamu pantas hidup bahagia :)

CONVERSATION

1 comments:

Back
to top