Kembali Menjadi Kecil

 
source : http://williamsonsbeauty.tumblr.com/post/63354952963/archive

...

Bandung, 04 Agustus 2016 

Kemarin sore di perjalanan pulang menuju kosan saya melihat beberapa anak bermain layangan. Entah kenapa, senang sekali melihatnya. Pemandangan ini jarang terlihat di sekitar rumah yang seringnya sepi. Seakan jadi pelipur hati saat letihnya menjalani sehari kemarin. Begitu bahagia anak-anak tersebut. Ah, rindu saya menjadi anak kecil.

Menjadi generasi kelahiran 90-an adalah keuntungan tersendiri karena pernah mencicipi masa kecil yang seutuhnya. Pagi hari bermain di sekolah. Sore hari bermain di rumah. Tidak ada gadget. Tidak ada alat-alat elektronik. Macam-macam permainan pun dilakukan seperti bermain cing benteng, cing jongkok, petak umpet, dan lainnya. Bermain ya bermain bersama, tidak masing-masing menatap layar gadgetnya. Ah, ingin saya kembali kecil.

Bukan hanya rindu akan masa-masa bermainnya, tapi juga rindu dengan pemikiran yang begitu ringan. Dulu, tersenyum adalah kebiasaan. Tidak sulit untuk bisa tersenyum sepanjang hari. Tidak ada beban di kepala yang membuatnya ingin membuncah. Dunia serasa miliki sendiri. Hati pun begitu ringan. Tidak ada rasa curiga. Hanya takut akan gelap atau cerita hantu. Ah, indahnya.

Dulu, saya sering berandai bagaimana menjadi seorang dewasa. Seringkali ingin memutar waktu agar bisa cepat dewasa. Rasanya menarik menjadi dewasa, tak usah diatur-atur, hidup sesuai kemauannya, dan ya keren. Begitu dulu pikir saya. Ternyata....menjadi dewasa tak semenyenangkan itu. Ah, lagi-lagi sifat manusianya keluar. Setelah dapet maunya malah mau yang lain.

Andai menjadi dewasa itu berarti bisa tersenyum sepanjang hari. Andai menjadi dewasa itu bisa percaya pada siapapun tanpa harus curiga apakah dia orang jahat atau bukan. Andai menjadi dewasa itu bisa menikmati hari-hari bukan mengeluh tentagnya sepanjang hari. Andai menjadi dewasa semudah itu. Andai.....ah, saya hanya mampu berandai.

....

Namun, bisakah seorang dewasa merasa kembali menjadi kecil?

Maksud saya bukan bertingkah menjadi anak kecil yang selalu merengek-rengek jika keinginannya tidak terpenuhi. Akan tetapi, menjadi bebas hatinya. Tersenyum sepanjang hari atau tertawa lepas tanpa beban. Bisakah? 












CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top