Terimakasih, Bandung

Hampir tiga tahun sudah, saya menetap (sementara) di Bandung. Kota yang terkenal dengan objek wisatanya, keramahan orang-orangnya, dan tentunya, kulinernya yang melimpah ruah. Masih teringat pertama kali menjejaki Bandung. Pertama kali jauh (walau sebenarnya tidak begitu jauh dibanding anak rantau lainnya) dari keluarga. Pertama kali benar-benar belajar menjadi Hasna yang mandiri.

Awalnya, saya kira tiga tahun ya akan seperti tiga tahun. Namun, ternyata tiga tahun begitu cepat, ya. Alhamdulillah, sidang tugas akhir sudah terlewati. Masih ada beberapa fase lagi untuk seutuhnya menggapai gelar sarjana di kampus gajah ini. Namun, semua hal yang telah terjadi tiga tahun yang lalu masih sangat membekas.

Saya bukan seorang aktivis. Saya juga bukan mahasiswa sosialita. Dibilang kupu-kupu engga juga. Saya, mahasiswa yang sesuka hati saja. Kalau lagi ujian ya belajar. Kalo tertarik ikut kepanitiaan, ya ikutan. Kalo ke-trigger orang ikutan lomba, ya ikutan. Intinya, sebagai mahasiswa, saya ga pernah terikat dan terafiliasi apapun karena sebegitu gampangnya bosan dan jenuh, hehe. Tapi, alhamdulillah, Bandung menjadi titik start untuk bisa terbang ke Singapore, menjelajah kota Semarang, bersama teman. Juga salah satu titik awal mewujudkan salah satu mimpi untuk bisa maju dan mendapatkan salah satu penghargaan Ganesha, terimakasih tim velena :)

...

Walaupun rutinitas kebanyakan dihabiskan dengan circle yang sama dan didominasi oleh kesibukan perkuliahan, iya saya ambis anaknya. Tapi, saya bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang yang sabar, ikhlas, dan tulusnya kayak gak ada habisnya. Bertemu dengan orang-orang di Bandung setidaknya mampu mendobrak secercah trust issue dan membuktikan bahwa orang baik itu masih ada di dunia ini. Pun, bertemu dengan orang-orang yang karakternya benar-benar baru saya temukan di Bandung, makin membuat saya malu kalo ternyata selama ini lingkungannya terlalu homogen, lalu lupa bahwa dunia itu sangat luas.

...

Intinya, saya ingin berterimakasih kepada Bandung telah begitu ramah menemani dan mewarnai salah satu perjuangan dalam fase hidup ini.

Terimakasih telah menjadi kota yang sebenar-benarnya teduh.
Terimakasih telah memberikan warna dalam hidup.
Terimakasih telah mendorong saya untuk lebih baik
Terimakasih telah membantu saya mengenal diri sendiri lebih dalam lagi
Terimakasih atas trotoar Dago yang begitu lebar dan nyaman untuk menjadi tempat merenung sebanyak-banyaknya.
Terimakasih kepada kampus gajah atas hijaunya daun dan sejuknya udara sampai betah jalan dari sbm ke depan (tapi tidak kalo dari depan ke sbm karena nanjak WKWK)

Terimakasih yang seutuhnya. Telah menjadi salah satu kota yang memberikan sebuah pelajaran untuk mendewasakan diri, untuk merenungkan hal-hal setelah kehidupan kampus. Telah menjadi kota yang menyimpan banyak memori walaupun hanya tiga tahun.

See you when I see you, Bandung!

Saya (telanjur) jatuh hati dengan kota ini.


Tertanda,


Hasna NLK
yang nahan nangis saat mengetik dan memutar balik memori selama di Bandung.

CONVERSATION

1 comments:

  1. Nangis Aku bacanya :) Semangaat na, jadi ikut nostalgia. Makasih sudah menjadi bagian ceritaku di bandung

    ReplyDelete

Back
to top