Menemukan Ketepatan

 “Bertemu orang yg tepat, namun waktunya belum pas. Waktunya sudah pas, namun orangnya belum ketemu yg tepat”

Sesulit itu untuk menyatukan dua aspek ketepatan agar dapat melangkah pada tahap hidup selanjutnya. Itu yg sedang saya rasakan. Sempat menutup hati beberapa tahun lamanya dan (masih) dihantui ketakutan di masa lampau, rasanya membuat hati membeku. Namun, saat mencoba untuk menbukanya, ada saja keraguan. Ada saja ketakutan. Kekhawatiran. Kembali pada siklus di masa lampau. Saya takut sakit hati lagi.

Masalahnya, perihal hati dan menemukan pasangan hidup tidaklah semenye-menye semasa sekolah. Yang tetiba gebetannya berpacaran dengan teman curhat sendiri. Yang tetiba putus karena LDR. Yang putus-nyambung. Sayangnya, pernikahan selalu diharapkan untuk hanya sekali seumur hidup, sehingga perlu pertimbangan yg matang. Pun risiko patah hatinya bisa begitu besar. Bukan lagi karena doi pacaran, tapi menikah. Istilahnya, ditinggal nikah.

Saya terus mempertanyakan hati, apakah sudah siap jatuh hati dengan segala risikonya? Mengenyampingkan bahagia dan mimpi yang ingin dibangun dari pernikahan, hubungan sakral selamanya. Hah, saya masih takut. Tapi, mau bagaimana lagi? Hati ini harus dibuka dan risikonya biarlah dilihat nanti saja.

Saya masih dalah tahap menelusuri masa untuk menyatukan waktu dan orang yang tepat hingga akhirnya mampu membangun komitmen sakral tsb. Bismillah. Tidak ada sebersit pun keinginan untuk memaksakan kehendak pada Tuhan tentang siapa yang saya inginkan. Yang saya pinta adalah kriteria yg diharapkan, intinya seimbang dunia-akhirat karena setakut itu... memaksakan kehendak pada Tuhan.

Untuk yg masih dalam penelusuran seperti saya, semangat ya. Iman memang bisa naik-turun. Namun, jangan lupa bahwa Allah yang maha membolak-balikkan hati dan maha menetapkan. Semangat untuk terus meningkatkan diri, ya!


Tertanda,

Yang sedang membuka hatinya.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top